Musim kemarau merupakan musim yang sulit air .Sumber mata air semakin berkurang ,namun hal yang demikian ini tidak mematahkan semangat petani untuk bisa terus menanam padi. Diwilayah kecamatan Sampung sebagian Desa memilih menanam padi. Meskipun hal ini sangat berat petani .
Keuntungan nandur pari Gadu Peng Telu(menanam padi ketiga):
1. Hasilnya lebih maximal. 2.Hama dan Penyakit tidak begitu banyak(kebanyakan penyakitnya Gulma atau rumput sehingga penanganannya bisa segera diatasi)dengan Istilah Jawa Matun Pari(menjabuti Gulma/Rumput yang tumbuh disekeliling Tanaman Padi menggunakan tangan/manual) . 3.Cahaya/sinar matahari sangat terik sehingga sangat mendukung proses Fotosintesis bisa maximal,hal ini sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan tanaman.
Para Petani mengairi sawah menggunakan sanyo/diesel ,meskipun debit air berkurang tidak menjadi pematah semangat,justru menjadi pemicu berkobarnya semangat petani. Menkipun harus menambah kedalaman sanyo agar airnya bisa mengalir.
itu adalah gambaran petani tradisional yang selalu berharap mendapatkan penghasilan yang melimpah tanpa memikirkan dampak yang terjadi dalam suatu tindakan mereka, taruhlah dengan menanam padi tiga kali dalam satu tahun, memang para petani akan diuntunah gkan dari sisi pendapatan, namun ada persoalan baru akibat tindakan tersebut antara lain : semakin endahnya kualitas tanah karena secara paksa harus ditanami padi secara terus menerus tiga dalam setahun, jika itu berlangsung 5 tahun maka tanah akan semakin capek dan hara tanah semakin menipis, seingga ketika petani harus terus berharap mendapatkan penghasilan yang tetap baik, maka mereka harus menambah biaya pupuk, dan disisi lain ketika musim kemarau juga tetap ditanami padi yang memerlukan pengairan yang rutin dengan jumlah debet yang besar, sedangkan di musim kemarau khususnya di desa pulung tidak ada pengairan tersier yang mampu mencukupi kebutuhan petani begitu pula juga tidak tersedianya sungai yang mengalir, maka satu satunya jalan untuk mendapatkan air sesuai dengan kebutuhan adalah dengan exploitasi dari air tanah, bahkan saking semangatnya menggunakan sible.
Kegiatan seperti itu pasti berdampak pada lingkungan setempat, utamanya kebutuhan air rumah tangga menjadi terbatas, bahkan sumur sumur tradisional mengalami kekeringan.Pada posisi seperti ini maka sudah saatnya para petinggi di desa baik Pemerintah Desa Badan Permusyawaratan Desa, Kelompook Tani dimasing – masing dukuh harus segera duduk berdampingan dan mencari solusi terbaik agar di desa Tulung tidak terjadi krisis air akibat kurangnya koordinasi antar lintas sekt