Tradisi Mudik Lebaran Sebuah Renungan

Mudik kembali ke tanah leluhur atau lebih dikenal pulang kampung saat menjelang Idul Fitri merupakan sebuah tradisi trun temurun di Indonesia, dan mudik lebaran tidak hanya milk umat Muslim Indonesia, melainkan merupakan bagian dari budaya bangsa yang melibatkan  berbagai komponen dan elemen masyarakat. Yang mudik, mereka yang tua yang muda besar kecil pejabat  rakyat kaya miskin semuanya berharap dapat mudik di kampung halaman dan beemu dengan sanak keluarga yang ada di tempat asal mereka. Untuk bisa mudik mereka tidak sedikit yang telah mempersiapkan jauh-jauh hari tentang alat transportasi apa yang harus dipersiapkan, bahkan tiket kereta Api yang ternyata memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pengguna menjadi pilihan masyarakat untuk mengantarkan mereka pulang kampung.

Sesuatu yang perlu untuk dicermati, ketika mereka mudik beragam perbekalan yang mereka bawa serta beragam pula sikap dan prilaku mereka, tidak sedikit mereka dengan sengaja pulang kampung dengan mengendarai mobil berkelas walau harus denga menyewa berharai hari, tentu dengan biaya yang besar pula. Ada pula yang mudik dengan ala kadarnya dan apa adanya, tak jarang mereka harus naik sepeda motor dalam perjalanan jauh dengan melibatkan anggota keluarganya, ada yang satu sepeda dinaiki dua orang dewasa suami istri dan dua anak mereka yang masih balita ada pula yang memodifikasi mobil angkutan barang untuk dipakai mudik.

Disisi lain, ternyata budaya mudik menjadi peluang dan ajang promosi bagi perusahan maupun partai politik untuk mendapatkan simpati dari warga, sehingga lima tahun terakhir ini tidak sedikit perusahaan maupun parpol yang memfasilitasi ratusan bahkan ribuan warga  untuk mudik bareng gratis dan didukung berbagai fasilitas yang diberikan. Terlepas itu semua ternyata mudik adalah tradisi umat muslim Indonesia yang  memberi nampak ke berbagai sektor kehidupan terlebih dari sisi ekonomi tidak sedikit  perusahaan yang meraup keuntungan besar akibat dari kegiatan mudik tersebut. Tentu ini suatu tradisi yang perlu dipertahankan dengan tetap mengedepankan semangat kebersamaan, dan menjaga keamanan ketertiban dan kenyamanan.

Ketika kita mencermati mudik tahunan, ternyata persiapannya    begitu luar biasa, dan ingat mudik tersebut sifatnya sementara, dan dalam waktu dekat mereka akan kembali ketempat mereka mengadu nasip, dan itu akan terus berlanjut. Namun sadarkah kita pada saatnya juga akan mudik ke alam baqa mengadap sang kholiq Illahi Robbi yang maha Suci, karena kita sesungguhnya milik Allah dan semua akan kembali kepada Nya, tentu gilir berganti walaupun tidak tau pasti. Pertanyaannya adalah ” bekal apa yang harus kita persiapkan untuk mudik menghadap Allah yang Maha Suci ” ? tentu bukan harta melimpah, bukan pula jabatan tinggi tetapi iman dan taqwa serta buah prilaku kita. Untuk itu selama satu bulan kita melaksanakan kegiatan ibadah ramadhan, apakah itu puasa, sholat berjama’ah, sholat tarowih, sholat tahajud, sedekah dan berbagai kegiatan lainnya tentu itu menjadi modal dasar kita dalam rangka mudik menghadap Illahi Robbi kelak.

Dan ketika kita melaksanakan kegiatan ibadah romadhan karena iman dan taqwa dan berharap ridlo dari Allah, maka ketika Idul Fitri tiba, kita akan kemba suci sebagaimana waktu kita lahir kedunia tempho dulu, dimana kita ibarat kertas putih bersih, sehubungan hal tersebut, maka tugas kita adalah mempertahankan semangat mengabdi kepada Illahi, mempertahankan prilaku yang terpuji atau akhlaqul karimah, dan membuang jauh jauh perasaan iri dengki menhasut dan mengumbar keinginan duniawi. Semoga kita diberi kesempatan oleh Allah untuk dapat berjumpa kembali bulan Ramadhan 1440 H yang akan datang dalam keadaan sehat wal afiat dan tetap diberi kekuatan iman amin (anifa)