Memanfaatkan Masjid sebagai Pusat Pemberdayaan Masyarakat Muslim

POSDAYA dan Sepakterjangnya Memfasilitasi Masyarakat untuk Lebih Berdaya

“Posdaya berbasis masjid merupakan sebuah forum, wadah atau sarana silaturahmi bagi keluarga untuk mengembangkan diri di bidang keagamaan, kesehatan, pendidikan dan ketahanan sosial, dan ekonomi bagi seluruh anggotanya melalui gotong royong atau kerjasama dalam kelompok atau masyarakat. Posdaya berbasis masjid juga sebuah gerakan masyarakat di sekitar masjid yang dilakukan secara gotong royong dengan memanfaatkan modal sosial dan potensi jam’ah untuk mewujudkan keluarga sejahtera dan mandiri.

Ibu Evi menegaskan bahwa, KPM (Kuliah Pengabdian Masyarakat) berbasis Posdaya Masjid merupakan forum yang berfungsi sebagai medan budaya untuk belajar bersama antara masyarakat, mahasiswa dan dosen. Ketiga unsur ini merupakan sinergi dan soliditas yang kuat untuk eksistensi keberadaan posdaya-posdaya yang telah dibangun. Kenapa Masjid pelu dijadikan sebagai pusat pemberdayaan ummat? Beribadah itu bukan melulu pada kewajiban menjalankan sholat wajib 5 waktu tetapi bagaimana ummat Islam dapat bangkit dari kemiskinan, disinilah konsep pembangunan menjadi integrative antara dunia akhirat.

Konsep pengentasan kemiskinan bukan semata-mata menjadi urusan pemerintah tetapi telah menjadi tanggung jawab bersama. “Perang melawan kemiskinan merupakan jihad di jalan Allah, ujarnya lagi.” Tampaknya Posdaya telah mengubah pola relasi aparat di tingkat desa atau kecamatan, para pengusaha, kalangan profesi dengan jama’ah di masjid yang semula pola relasi out sider-in sider, ‘berbeda kepentingan,’ menjadi pola kekeluargaan, kepentingan bersama untuk mengubah masyarakat menjadi sejahtera mandiri.

Berdasarkan pengalaman terjun langsung di lapangan, Ibu Evi merasakan gerakan yang sangat dinamis, dimana sekarang ini Kabupaten Ponorogo mencanangkan program Sholat Subuh Berjama’ah bersama Bupati Ponorogo, ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa, dan berdampak signifikan terhadap kelangsungan jama’ah. Hal ini ditandai dengan semakin semaraknya sholat subuh berjama’ah di masjid, surau dan langggar. Tentu ini sebuah dinamika yang harus kita ambil untuk mengawali menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan umat muslim .

Fenomena saat ini, para aparat mendatangi masjid atau sebaliknya, para takmir masjid, kader posdaya menghadiri forum-forum formal maupun silaturahim informal yang produktif. Sejumlah keluarga miskinpun telah berhasil didampingi untuk penguatan kewirausahaan dan mengakses permodalan melalui dana masjid, dana Labzis, BMT, dan bank UMKM dengan sistem tanggung renteng. Hal lain yang positif terjadi dengan optimalnya kegiatan Posdaya berbasis Masjid adalah meningkatnya rasa percaya diri dari kalangan masyarakat marjinal. Artinya, mereka telah memiliki teman dari beragam unsur baik kalangan akademisi, kalangan profesi, pejabat setempat dan tokoh-tokoh lokal yang mudah diakses dan diajak diskusi. Demikian pula perubahan mindset para takmir Masjid bahwa selama ini hanya menggunakan masjid sebagai tempat ibadah murni menjadi masjid sebagai pusat pemberdayaan umat .

Dari program KPM tematik Posdaya berbasis masjid ini telah banyak menghasilkan berbagai produk pemberdayaan, mulai dari tumbuh suburnya modal sosial masyarakat sekitar masjid, menguatnya komitmen stake holders dan meluasnya jejaring antar Posdaya, lembaga, instansi terkait khususnya untuk pengentasan kemiskinan. Demikian pula dengan munculnya tokoh-tokoh lokal yang inspiratif untuk pemberdayaan masyarakat serta bertambahnya jamaah masjid dari semua kelompok usia. Demikian pula berdirinya TPQ baru, majunya PAUD, terbentuknya perpustakaan Masjid, termasuk terjadinya perubahan materi ceramah/khotbah dari doktrin teologis menjadi doktrin pemberdayaan, Terbentuknya forum diskusi sosial keagamaan kelompok remaja dan perempuan yang lebih substantif dan praktis turut terjadi, dimana penggunaan IT dengan benar untuk media pendidikan, akses beasiswa bagi jama’ah kurang mampu, pelatihan untuk guru TPQ dan PAUD, bertambahnya jumlah penerima bea siswa setiap tingkatan serta perubahan mindset masyarakat terhadap pentingnya pendidikan semakin besar.

Para anggota dan pengurus Posdayapun telah membangun jejaring dengan puskesmas, Bidan desa, PLKB, Posyandu dan PKK. Dari identifikasi yang telah dilakukan sebelumnya, akhirnya dapat dengan mudah memilah dan menfasilitasi keluarga miskin dalam akses layanan kesehatan, termasuk prioritas bagi lansia, ibu hamil dan balita. Posdaya memacu anggotanya untuk mandiri yang pada akhirnya dapat menguatkan mental kewirausahaan terutama bagi jama’ah miskin dan pengangguran serta kaum ibu untuk membuka usaha kecil berbasis rumah tangga dengan beragam produk berbasis potensi lokal. Karena masjid dijadikan pusat kegiatan maka secara sukarela terbangun kesadaran masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Demikian pula penanaman aneka sayuran dan tanaman obat baik di lingkungan masjid maupun di lahan kosong sekeliling rumah penduduk. Hal ini membuat halaman Masjid dan seluruh kampong menjadi ijo royo-royo. Selain itu juga ditunjang dengan adanya pengolahan sampah keluarga melalui bank sampah yang juga digalakkan di Posdaya berbasis Masjid.

Pada Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM) tahun 2017 kali ini IAIN Ponorogo mengirimkan 1144 peserta KPM yang tersebar di dua kecamatan, yaitu Sampung dan Badegan. Dengan rincian di kecamatan Sampung 664 mahasiswa dan kecamatan Badegan 480 mahasiswa.